PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Secara etimologi, kata “media”
merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius”
yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat
diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat
mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara
sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu
bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi
(AECT, 1977:162) Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikatif-interaktif
antara sumber belajar, guru dan peserta didik yaitu saling bertukar informasi.
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar. Menurut Latuheru (1988:14),
media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya
guna.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang
media pembelajaran :
- Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
- Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
- National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
2.
Sejarah Media Pembelajaran
Istilah media
mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio
visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional
materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam
dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan
atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul
istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”.
Artinya media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia
Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan
satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis
buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul ”Orbis Sensualium Pictus” (Dunia
Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu
dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran
manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan.
Dari sinilah para pendidik
mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan
pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama
indera pandang – dengar. Kalau kita amati lebih cermat lagi, pada mulanya media
pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan
mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah
alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lain.
Alat-alat bantu itu
dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta
mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Sekitar pertengahan
abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio,
maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membentuk
pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu,
Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling
konkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian
dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman”
(Cone of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat
dengan kerucut pengalaman itu sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut
dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman
belajar tertentu pada siswa. Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai
mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi,
alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan
kepada penerima pesan.
Begitupun dalam dunia
pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru
saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu
itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran, belum
mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu
teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran.
Teori ini telah mendorong
diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini
adalah diciptakannya teaching machine
(mesin pengajaran) dan Programmed
Instruction (pembelajaran terprogram). Pada tahun 1965-1970, pendekatan
sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan
dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian intregal dalam proses pembelajaran. Media tidak lagi dipandang sebagai
alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar,
hendaklah merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran.
3. Ciri-Ciri Media
Pembelajaran
Ciri-ciri khusus media pembelajaran berbeda menurut
tujuan dan pengelompokanya. Ciri-ciri media dapat di lihat menurut kemampuanya
membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum media pembelajaran adalah bahwa
media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera. Di
samping itu ciri-ciri media juga dapat dilihat menurut harganya, lingkup
sasaranya, dan kontrol oleh pemakai.
Tiap-tiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami oleh pemakainya.
Dalam memilih media, orang perlu memperhatikan tiga hal, yaitu :
a.
Kejelasan maksud dan tujuan
pemelihian tersebut
b. Sifat dan ciri-ciri media
yang akan dipilih
c. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media
pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif-alternatif
pemecahan yang dituntut oleh tujuan.
4. Jenis-Jenis Media
Pembelajaran
Menurut Heinich, Molenda, Russel (1996:8) jenis media yang lazim dipergunakan
dalam pembelajaran antara lain : media nonproyeksi, media proyeksi, media
audio, media gerak, media komputer, komputer multimedia, hipermedia, dan media
jarak jauh.
Jenis media dalam pembelajaran adalah :
Jenis media dalam pembelajaran adalah :
a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster,
dan komik.
b. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.
b. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.
c. Media proyeksi seperti slide, film stips, film, dan
OHP
d. Lingkungan sebagai media pembelajaran
5.Kriteria Pemilihan Media
Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung
dalam proses pendidikan. Ramiszowski mengungkapkan “media” as the carriers on
messages, from some transmitting source which may be a human being or inanimate
object), to the receiver of the message (which in our case is the learner).
Penggunaan media dalam pembeljaran atau disebut juga pembelajaran bermedia
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Menurut wilkinson, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih
media pembelajaran, yakni :
a. Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok,
sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria
utama.
b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting
dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang
dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video
akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang
bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.
c. Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda
interindividual antara siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe
auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan media
visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan
media auditif.
d. Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan
pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut
wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus
tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.
e. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media,
hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
Menurut Canei, R. Springfield, dan Clark., C. (1998 : 62) dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat dan kemampuan kelompok, memilih alat bantu secara tepat untuk kegiatan pembelajaran, mempertahankan keseimbangan dalam jenis alat bantu yang dipilih, menghindari alat bantu yang berelebihan, serta mempertanyakan apakah alat bantu tersebut diperlukan dan dapat mempercepat pembelajaran atau tidak.
Menurut Canei, R. Springfield, dan Clark., C. (1998 : 62) dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat dan kemampuan kelompok, memilih alat bantu secara tepat untuk kegiatan pembelajaran, mempertahankan keseimbangan dalam jenis alat bantu yang dipilih, menghindari alat bantu yang berelebihan, serta mempertanyakan apakah alat bantu tersebut diperlukan dan dapat mempercepat pembelajaran atau tidak.
6. Fungsi
Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi,
diantaranya :
a.
Media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan
tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang
dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa
dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat
disajikan secara audio visual dan audial.
b.
Media pembelajaran dapat
melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang
disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c)
obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e)
obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek
mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat,
maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
c. Media pembelajaran memungkinkan
adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
d.
Media menghasilkan keseragaman
pengamatan
e.
Media dapat menanamkan konsep
dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
f.
Media membangkitkan keinginan
dan minat baru.
g.
Media membangkitkan motivasi
dan merangsang anak untuk belajar.
h.
Media memberikan pengalaman
yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.
7. Kegunaan Media Pembelajaran
a.
Menurut
Sadiman (2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai
berikut: Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka).
b.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara
tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media
pendidikan berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan
kenyataan.
3) Memungkinkan
anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
d.
Dengan sifat yang unik pada tiap siswa
ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan
kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru
akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.
Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah
ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
1) Memberikan perangsang yang sama.
2) Mempersamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Berdasarkan manfaat tersebut,
nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap
kesuksesan proses belajar mengajar. Sejalan
dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial,
projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara
bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh :
dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media,
namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
8. Tujuan Penggunaan Media
Pembelajaran
Penggunaan media
pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan
khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18)
menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan
berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan
informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam
menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh
guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui
lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh
guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara
anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang
disampaikan oleh guru/pendidik.
Sedangkan Sudjana, dkk.
(2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan
pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode
mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan
kegiatan belajar.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa tujuan penggunaan media adalah:
(1) Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
belajar mengajar,
(2) Meningkatkan motivasi belajar siswa,
(3) Variasi metode pembelajaran, dan
(4) Peningkatan aktivasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar
9 Hakikat
Media Pembelajaran
Bila media adalah sumber belajar, maka
secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media
pendidikan atau media pembelajaran tumbuh dan atau berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi pembelajaran. Teknologi Pembelajaran itu sendiri tumbuh
dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi
Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan
penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau
dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi
Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan,
yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem
dalam pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran
media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut
ketidakjelasan bahan yang dijelaskan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik
dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru ucapkan, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan Demikian
anak didik lebih mudah mencerna bahan yang dipelajarinya, dari pada tanpa
bantuan media. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat,
jika penggunaanya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Seperti kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu sendiri dapat
berupa pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
Dalam proses pembelajaran tidak semua
pengalaman langsung bisa kita hadirkan pada siswa dalam kelas, untuk maksud
itulah kehadiran media akan sangat membantu kita agar dapat membantu siswa agar
memberikan berbagai pengalaman, sekalipun dalam bentuk pengalaman tidak langsung.
Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul
mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran. Kita harus
mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses
belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan
dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan kedalam
simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non-verbal,
proses ini dinamakan encoding. Sedangkan penafsiran simbol-simbol komunikasi
tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya
juga tidak. Kegagalan atau ketidakberhasilan dalam memahami sesuatu itu terjadi
manakala informasi yang kita terima kurang jelas didengar, dibaca, dilihat atau
diamati. Kegagalan atau ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses
komunikasi dikenal dengan istilah barriers
atau noise. Semakin banyak
verbalisme, maka semakin abstrak pemahaman yang diterima. Disini jelas
terlihat, peran dan fungsi media adalah sebagai alat bantu pembelajaran yang
dapat membantu agar siswa tidak abstrak dalam memahami sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar